Jaranan artinya belajaro sing tenanan (belajarlah yang sungguh-sungguh). Nama Samboyo memiliki arti Adoh Molo (jauh dari malapetaka). Jadi pengertian SAMBOYO PUTRO adalah "anak laki-laki yg berperan menjauhkan segala marabahaya". Menjadi seniman jaranan itu haruslah sungguh-sungguh dan tidak boleh ragu-ragu dalam belajar jaranan. Jaranan SAMBOYO PUTRO itu jumlahnya harus 6 atau 4. kalau jaman dahulu jaranan sebelum dicat harus ditaruh dahulu di senthong tengah (kamar tengah) selama 36 hari. Setelah 36 hari berada di senthong tengah jaranan yang belum dicat itu dikeluarkan dan dicat warna-warni sesuai keinginan yang ngecat.
Setelah memiliki jaranan tentunya kita perlu perangkat gamelan yang terdiri dari 4 jenis yaitu kenong kethuk, gong kempul, kendang dan terompet yang berasal dari bambu. Ini adalah alat dasar yang digunakan untuk musik pengiring jaranan. Dalam perkembanganya bisa ditambahi dengan piano, angklung dan lain sebagainya.
Kethuk kenong itu kalau bahasa jawanya adalah thukno….thukno…(sesuaikan…sesuaikan…) gong kempul itu fungsinya sebagai bass, kendang bisa diartikan sing nuntun yo sing ngglandang maksudnya kendang itu adalah alat musik yang memimpin jalanya musik. Setiap memulai atau mengakhiri musik selalu menggunakan kendang. Kalau terompet itu untuk memancing agar singo barong mau menari. Dalam perkembanganya jaranan ditambahkan dengan sinden yang berfungsi sebagai penyanyi. “Sinden” ojo isin senden neng tengah-tengahe wong lanang, maksudnya adalah kalau jadi sinden itu tidak boleh malu berada di tengah-tengahnya orang laki-laki.
Selain seperangkat gamelan, pagelaran jaranan juga membutuhkan sesaji yang harus disediakan dari sang pawang jaranan yang lazim disebut Gambuh (BOPO) antara lain:Dupa (kemenyan yang dicampur dengan minyak wangi tertentu kemudian dibakar),Buceng (berisi ayam panggang jantan dan beberapa jajan pasar, satu buah kelapa dan satu sisir pisang raja), Kembang Boreh (berisi kembang kanthil dan kembang kenongo),Ulung-ulung (berupa seekor ayam jantan yang sehat), Kinangan (berupa satu buah gambir, suruh, tembakau dan kapur yang dilumatkan menjadi satu lalu diadu dengan tembakau). Selanjutnya sang gambuh dengan mulut komat-kamit membaca mantera sambil duduk bersila di depan sesaji mencoba untuk berkomunikasi dengan roh leluhur dan meminta agar menyusup ke raga salah satu penari jaranan. Setelah roh yang dikehendaki oleh Sang gambuh itu hadir dan menyusup ke raga salah satu penari maka penari yang telah disusupi raganya oleh roh tersebut bisa menari dibawah sadar hingga berjam-jam lamanya karena mengikuti kehendak roh yang menyusup di dalam raganya. Sambil menari, jaranan diberi makan kembang dan minum air dicampur dengan bunga bahkan ada yang lazim makan kemenyan mentah.
Dalam pandangan laki-laki yang suka tembang dandang gula ini, kelompok santri tidak mau mengusik lagi keberadaan kesenian jaranan. Walaupun mereka tidak satu jurusan, mereka tetap bisa saling menghormati. Seniman jaranan tetap bisa berbagi ruang dengan para santri. Pada bulan RomadHon misalnya, para seniman jaranan tidak ada yang tampil dalam pertunjukan. Hal ini dikarenakan para seniman menghormati umat Islam yang sedang menjalankan ibadah puasa.
Pesantren memandang jaranan memang berbeda. Mereka beranggapan kita yang membakar dupa tidak sesuai dengan jaran mereka. Akan tetapi ada juga santri yang senang melihat jaranan seperti daerah Mojo. Daerah mojo itu adalah tempatnya pesantren, disana juga basisnya jaranan akan tetapi mereka bisa hidup berdampingan dengan tanpa ada saling mengusik.
SALAM BUDOYO